Dunia, Washington— Senator asal Partai Republik, John McCain, menyerahkan dokumen kepada Badan Penyelidik Federal, FBI, yang berisi bukti dugaan keterlibatan Rusia untuk memenangkan presiden terpilih Donald Trump dalam pemilu presiden lalu.

Seperti dilansir The Guardian, Rabu 11 Januari 2017, dokumen ini diserahkan kepada Direktur FBI James Comey pada bulan lalu.

Dokumen setebal 39 halaman yang tidak bisa diverifikasi kebenarannya itu diduga ditulis oleh seorang bekas intelijen Inggris.

Kepada Guardian, seorang pejabat pemerintahan Amerika Serikat menyebut sumber menulis laporan itu, kini bekerja sebagai konsultan swasta itu. “Ia dikenal dapat dipercaya dan memiliki jaringan luas di Rusia.”

Guardian melaporkan dari seorang sumber yang tidak disebutkan namanya, McCain yang memperoleh informasi ini dari negara sekutu AS, bertemu dengan sang penulis dokumen di luar Amerika Serikat.

Tertarik dengan isi dan integritas penulis laporan, McCain yang pernah menantang Barack Obama dalam pemilu presiden 2008, menyerahkan dokumen itu kepada Comey dalam pertemuan empat mata pada 9 Desember lalu.

Dokumen yang pertama kali dirilis oleh media Mother Jones ini juga telah diserahkan kepada pejabat Gedung Putih.

Komite Angkatan bersenjata Senat yang dipimpin McCain menggelar penyelidikan terkait dugaan keterlibatan Rusia dalam pilpres AS pada pekan lalu.

Sejatinya, ia ingin membentuk komite khusus untuk menyelidiki masalah ini. “Tapi rencana ini ditentang oleh kepemimpinan Republik di Senat, jadi cukup melalui komite saya dan komite intelijen dan luar negeri,” kata McCain kepada NBC, Ahad lalu.
 
Dalam dokumen yang ditulis sejak tanggak 20 Juni-20 Oktober itu, terdapat sejumlah laporan ihwal hubungan Trump dan Kremlin, termasuk pertemuan orang dekat Trump dengan orang dekat Presiden Rusia Vladimir Putin.

Laporan pada Juni 2016 menunjukkan Kremlin telah memberikan dukungan kepada Trump selama lima tahun terakhir, “Dengan tujuan untuk menciptakan perpecahan dalam koalisi negara-negara Barat.”

Dokumen ini juga menyebut Trump menolak tawaran pembangunan properti di Rusia, terutama terkait final Piala Dunia 2018. Tapi, “Dia dan pembantu terdekatnya memperoleh laporan rutin intelijen Kremlin, termasuk soal rival politik dan Partai Demokrat.”

Tim transisi Trump menolak menanggapi dokumen ini. Namun pada Selasa malam, Trump berkicau melalui akun Twitternya, “BERITA PALSU—PERBURUAN POLITIK SIA-SIA,” meski ia tidak merujuk pada tudingan soal keterlibatan dengan Rusia.

FBI, seperti dilaporkan Guardian, telah mengajukan izin permintaan pengawasan intelijen (Fisa) kepada pengadilan pada musim panas lalu. Izin ini akan digunakan untuk memantau 4 anggota tim Trump yang diduga berhubungan dengan pejabat Rusia.

Namun permintaan ini ditolak dan meminta FBI mempersempit fokus penyelidikannya. Sebuah laporan menyebut FBI telah memperoleh izin ini pada Oktober lalu. Tapi laporan ini tidak dapat dikonfirmasi.

CNN melaporkan pada Selasa lalu bahwa FBI masih menyelidiki kredibilitas dokumen itu. Namun FBI memasukkan rangkuman dari dokumen itu dalam masukan untuk Presiden Barack Obama dan Trump.

Pada Selasa lalu, salah seorang senator Demokrat, Ron Wyden, menanyai Comey apakah FBI menyelidiki keterkaitan Rusia dan Trump. Comey menolak menjawab pertanyaan ini.

Keberadaan dokumen ini menjadi penting karena hanya berselang 10 hari menjelang pelantikan Trump sebagai presiden Amerika Serikat.

THE GUARDIAN | CNN | SITA PLANASARI AQUADINI

Baca:
Rusia Diduga Meretas Pemilu AS, Obama Siapkan Tindakan
Gedung Putih Sebut Putin Berperan Langsung dalam Pilpres Amerika Serikat